Mas dan Mbak Bro, pernahkah sampean berkunjung ke tempat lokalisasi PSK? Hayoo ngaku, yang Mas-Mas ini pernah kayaknya, kelihatan dari mukanya tuh. Hoho. Nah, kalau Mas pernah berkunjung ke tempat-tempat yang begituan, berarti Mas sama dengan saya. Hahaha. Eits tapi sorry nyory ndory ya, saya berkunjung ke tempat begituan bukan karena mau menyalurkan hasrat birahi saya ke ngengat kupu-kupu malam lho (lha masak perjaka saya mau dibuang ke tempat begituan, kan sayang. Haha). Saya berkunjung ke tempat begituan pun baru 1 kali ini, itupun karena sama sekali nggak sengaja (Fyuhh). Tepatnya tadi sore, saya ceritanya mau nyari senar gitar (senar gitar dikostan sudah pada fals).
PPGT SMK Kolaboratif dan PPCPAK, Carut Marut, dan Ketidakjelasan?
Program Pendidikan Profesi Guru Terintegrasi SMK Kolaboratif (PPGT SMK Kolaboratif dan Program Pendidikan Calon Pendidik Akademi Komunitas merupakan salah dua program yang dijalankan sejak tahun 2011 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan khususon Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) yang tujuannya ialah untuk menyiapkan calon-calon tenaga pendidik kejuruan baik tingkat SMK maupun tingkat D1 dan D2 (AK). Seperti diketahui bahwa saat ini, dunia pendidikan kejuruan kita memang tengah sangat kekurangan tenaga pendidik kejuruan yang profesional. Adanya program yang menelan milyaran uang rakyat ini tentu akan sangat membantu mensuplai kebutuhan tenaga pendidik kejuruan tersebut.
Tapi apa daya, ke dua program ini tampaknya tidak dilaksanakan dengan perencanaan yang matang dan terkesan asal jadi. Ya, berbagai masalah timbul baik pada pelaksanaan ke dua program tersebut maupun pada ending-nya. PPGT SMK Kolaboratif contohnya. Saat ini 2 angkatan program ini yang terdiri dari hampir 800 orang peserta tak tahu harus seperti apa ke depannya. Hingga tulisan ini diposting, mereka sudah menunggu terlalu lama untuk memperoleh kejelasan akan statusnya. Seperti diketahui bahwa dulu saat perekrutan mereka dijanjikan penempatan selama 5 tahun untuk mengajar di SMK yang tergolong berada di daerah 3T (terpencil, terluar, dan sebut saja terisolasi). Namun mendadak janji itu diingkari oleh DIKTI. Padahal para peserta pendidikan adalah dulunya orang-orang yang sudah mapan bekerja di berbagai perusahaan swasta. Hanya karena terpanggil untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa, mereka kemudian meninggalkan itu semua.
Di akhir program rintisan tersebut, terdengar wacana bahwa dikti akan mengubah pengabdian 5 tahun di daerah 3T bagi para peserta program PPGT ini ke dalam format program baru yakni program pendampingan SMK atau talent scouting. Disini semakin jelas menunjukan bahwa dikti selaku lembaga negara bertindak inkonsisten terhadap rencananya sendiri. Bukan hanya uang negara yang ternyata terbuang sia-sia untuk pembiayaan program, melainkan juga nasib para peserta PPGT yang jelas-jelas digantung.
Saat ini jika-pun sertifikat profesi guru sudah dibagikan jika tanpa status yang jelas, para calon pendidikan yang sudah profesional dan bergelar Gr. itu tak akan serta merta mengabdikan dirinya ke dunia pendidikan. Betapa tidak, jika mereka harus mengajar sebagai guru honorer di SMK mereka hanya akan digaji Rp. 500.000,- per-bulan. Besaran gaji yang bahkan tidak lebih besar dari seorang pemulung sampah. Mereka tentu akan berpikir 2 kali untuk mempertahankan idealisme yang terpupuk selama menempuh pendidikan profesi guru. Mereka sudah melihat kondisi riil pendidikan dipelosok-pelosok tanah air.
Masalah ini perlu mendapat perhatian serius baik itu secara langsung oleh kementerian pendidikan maupun oleh para anggota komisi X DPR-RI yang membidangi masalah pendidikan. Agar jangan sampai para calon guru yang potensial ini membatalkan diri untuk masuk ke dunia pendidikan, bagaimanapun caranya.
[Read more]
Tapi apa daya, ke dua program ini tampaknya tidak dilaksanakan dengan perencanaan yang matang dan terkesan asal jadi. Ya, berbagai masalah timbul baik pada pelaksanaan ke dua program tersebut maupun pada ending-nya. PPGT SMK Kolaboratif contohnya. Saat ini 2 angkatan program ini yang terdiri dari hampir 800 orang peserta tak tahu harus seperti apa ke depannya. Hingga tulisan ini diposting, mereka sudah menunggu terlalu lama untuk memperoleh kejelasan akan statusnya. Seperti diketahui bahwa dulu saat perekrutan mereka dijanjikan penempatan selama 5 tahun untuk mengajar di SMK yang tergolong berada di daerah 3T (terpencil, terluar, dan sebut saja terisolasi). Namun mendadak janji itu diingkari oleh DIKTI. Padahal para peserta pendidikan adalah dulunya orang-orang yang sudah mapan bekerja di berbagai perusahaan swasta. Hanya karena terpanggil untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa, mereka kemudian meninggalkan itu semua.
Di akhir program rintisan tersebut, terdengar wacana bahwa dikti akan mengubah pengabdian 5 tahun di daerah 3T bagi para peserta program PPGT ini ke dalam format program baru yakni program pendampingan SMK atau talent scouting. Disini semakin jelas menunjukan bahwa dikti selaku lembaga negara bertindak inkonsisten terhadap rencananya sendiri. Bukan hanya uang negara yang ternyata terbuang sia-sia untuk pembiayaan program, melainkan juga nasib para peserta PPGT yang jelas-jelas digantung.
Saat ini jika-pun sertifikat profesi guru sudah dibagikan jika tanpa status yang jelas, para calon pendidikan yang sudah profesional dan bergelar Gr. itu tak akan serta merta mengabdikan dirinya ke dunia pendidikan. Betapa tidak, jika mereka harus mengajar sebagai guru honorer di SMK mereka hanya akan digaji Rp. 500.000,- per-bulan. Besaran gaji yang bahkan tidak lebih besar dari seorang pemulung sampah. Mereka tentu akan berpikir 2 kali untuk mempertahankan idealisme yang terpupuk selama menempuh pendidikan profesi guru. Mereka sudah melihat kondisi riil pendidikan dipelosok-pelosok tanah air.
Masalah ini perlu mendapat perhatian serius baik itu secara langsung oleh kementerian pendidikan maupun oleh para anggota komisi X DPR-RI yang membidangi masalah pendidikan. Agar jangan sampai para calon guru yang potensial ini membatalkan diri untuk masuk ke dunia pendidikan, bagaimanapun caranya.
Pencemaran Lingkungan Pada Kegiatan Budidaya Pertanian dan Solusi Mengatasinya
Disadari atau tidak, pencemaran lingkungan adalah suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dalam hubungannya dengan alam. Demi kelangsungan hidupnya, manusia harus berbuat sesuatu terhadap alam, dimana pencemaran lingkungan menjadi implikasi dari interaksi tersebut.
Pencemaran lingkungan akan terjadi apabila dalam interaksi antara manusia dan alam dihasilkan bahan pencemar (pollutan) yang menyebabkan pencemaran (polusi). Pencemaran lingkungan menimbulkan dampak negatif berupa ketidakseimbangan ekosistem. Dampak tersebut sejatinya tidak dapat dihindari, hanya saja melalui pendekatan-pendekatan yang berbasis ramah lingkungan, kerugian dari interaksi yang ditimbulkan dapat diminimalisasi.
Interaksi antara manusia dan alam salah satunya terjadi pada kegiatan pertanian. Pertanian merupakan sektor penting yang menyediakan berbagai jenis kebutuhan hidup manusia. Melalui pertanian, kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan dapat terpenuhi. Dalam konsep kekinian, pertanian menjadi satu bentuk interaksi antara manusia dan alam yang menimbulkan efek-efek pencemaran lingkungan. Sedikitnya ada 3 faktor utama pada kegiatan pertanian yang menyebabkan pencemaran lingkungan terjadi. Ketiganya adalah penggunaan pupuk anorganik, pestisida, dan pembukaan lahan.
Pencemaran Lingkungan oleh Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik adalah pupuk yang dihasilkan dari sintetis unsur-unsur anorganik oleh pabrik. Contoh pupuk ini ialah urea, ZA, SP-36, KCl, dan lain sebagainya. Pupuk anorganik sangat akrab di kalangan petani karena khasiatnya yang dapat langsung terlihat pada pertumbuhan dan produktivitas hasil tanaman. Di sisi lain, pupuk anorganik menjadi salah satu penyebab pencemaran lingkungan pertanian. Air dan tanah tercemari akibat kebiasaan petani yang menggunakan pupuk ini secara tidak efisien.
Pencemaran air terjadi misalnya pada penggunaan pupuk urea. In-efisiensi penggunaan pupuk urea sering kali menyebabkan pencucian (leaching) oleh air pertanian. Dalam kondisi berikutnya, limbah domestik unsur nitrogen dari urea yang tercuci menyebabkan nitrifikasi dan penyuburan lingkungan perairan. Dampaknya, pertumbuhan dan populasi eceng gondok dan gulma air lainnya menjadi membeludak seperti yang terjadi di Waduk Rawa Pening, Danau Kerinci, dan Bendungan Batu Tegi. Pertumbuhan gulma air dalam jumlah besar selain dapat mempersulit aksesibilitas transportasi air, dekomposisi biomassa gulma yang berjalan lebih banyak juga meningkatkan laju pendangkalan perairan.
Pencemaran tanah oleh pupuk anorganik salah satunya disebabkan pupuk phosphat. Pupuk ini mengakibatkan sementasi atau pengerasan tanah jika jumlah pupuk yang diberikan terlalu berlebih. Pada kondisi selanjutnya, organisme tanah akan semakin menurun populasinya akibat ketidakmampuan adaptasi pada kondisi tanah yang terlalu keras. Selain menyebabkan kerusakan biologis pada tanah, sementasi juga bermuara pada pengolahan tanah yang harus dilakukan secara rutin.
Mengingat beberapa dampak yang ditimbulkan dari penggunaan pupuk anorganik, konsep pertanian ramah lingkungan melalui konversi pupuk anorganik ke jenis pupuk hayati dan pupuk organik sepatutnya segera diterapkan. Saat ini telah dikembangkan berbagai jenis bakteri, jamur, dan organisme tingkat rendah lainnya yang berkemampuan mencukupi kebutuhan hara tanaman seperti bakteri Rhizobium sp. yang mampu memfiksasi nitrogen dari udara dan jamur Mikoriza Veskular Arbuskulas (MVA) yang mampu menyediakan phosphat bagi tanaman melalui serangkaian proses biokimia. Ini merupakan suatu investasi menarik karena pupuk hayati mampu memberikan khasiat secara berkesinambungan pada kesuburan tanah. Pupuk hayati sangat ramah lingkungan dan justru dapat memperbaiki kondisi ekosistem tanah yang rusak karena pupuk anorganik.
Pupuk organik juga tengah dipacu penggunaannya oleh pemerintah agar kebiasaan petani dalam menggunakan pupuk anorganik dapat menurun. Berbagai teknologi produksi pupuk organik juga telah disuluhkan oleh akademisi, praktisi, dan pemerintah agar program minimalisasi penggunaan pupuk anorganik dapat berjalan dengan baik. Kendati demikian kesadaran petani masih dirasa kurang. Informasi mengenai dampak negatif penggunaan pupuk anorganik bagi petani tidak diamalkan ke dalam bentuk peningkatan kebutuhan pupuk organik. Di sini diperlukan suatu terobosan yang sifatnya berbentuk penyuluhan psikologis agar petani secara sadar mau menggunakan pupuk organik.
Pencemaran Lingkungan oleh Pestisida
Pestisida secara umum dapat diartikan sebagai bahan beracun yang digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman, seperti gulma, hama, dan penyakit agar tanaman dapat tumbuh tanpa hambatan. Pestisida sesuai dengan organisme yang disasar, terbagi menjadi beberapa jenis seperti insektisida, fungisida, rodentisida, herbisida, moluskisida, dan lain-lain (lebih lengkap baca di sini!).
Penggunaan pestisida telah akrab di kalangan petani karena efektivitasnya dalam pengendalian organisme pengganggu tanaman langsung dapat dirasa. Namun di sisi lain, penggunaan pestisida telah menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem pertanian (agroekosistem). Penggunaan pestisida akan menyisakan residu yang mencemari air, tanah, udara, serta meningkatkan kemungkinan pengendapan toksin pada organisme biotik. Selain membunuh organisme pengganggu tanaman, daya racun pestisida juga sering kali membunuh organisme lain yang justru menguntungkan bagi usaha budidaya pertanian. Pestisida juga menimbulkan resistensi dan resurgensi hama, serta mutasi penyusun ekosistem biotik.
Penggunaan pestisida yang sangat tidak ramah lingkungan secara sadar telah menurunkan kuantitas keragaman hayati dan merusak tatanan rantai makanan. Residu racun yang terikut pada hasil pertanian juga apabila dikonsumsi dapat meningkatkan resiko timbulnya berbagai jenis penyakit pada manusia. Kanker dan mutasi genetis dimungkinkan oleh akumulasi toksin di dalam tubuh seseorang yang kerap mengkonsumsi hasil-hasil pertanian yang tercemari racun pestisida.
Masalah-masalah yang ditimbulkan dari penggunaan pestisida tersebut sebetulnya dapat diminimalkan dampaknya melalui penggunaan pestisida nabati yang saat ini menjadi perhatian serius peneliti-peneliti muda dalam negeri. Beberapa penelitian menunjukan hasil yang signifikan terhadap kemampuan berbagai jenis tumbuhan sebagai bahan pembuatan pestisida nabati dalam mengendalikan berbagai jenis organisme pengganggu tanaman. Hanya saja hal ini belum menjadi perhatian serius bagi pemerintah selaku pembuat kebijakan. Pemerintah di masa yang akan datang seharusnya lebih memahami hal ini. Ketergantungan terhadap pestisida anorganik harus segera ditinggalkan melalui pengenalan teknologi produksi pestisida nabati yang dapat dilakukan oleh petani secara mandiri. Selain ramah lingkungan, penggunaan pestisida nabati apabila didampingi dengan konsep pengendalian hama terpadu terbukti dapat meningkatkan keuntungan secara ekonomis.
Pencemaran Lingkungan oleh Pembukaan Lahan
Pencemaran lingkungan oleh tindakan pembukaan lahan terjadi akibat penggunaan metode yang berlandaskan pada tujuan ekonomis semata. Baru-baru ini tentu kita mengetahui bagaimana bencana kabut asap di Provinsi Riau yang sungguh mengkhawatirkan. Asap yang dihasilkan dari proses pembukaan lahan dengan cara pembakaran telah menyiksa masyarakat sekitar. Kualitas udara di provinsi ini bahkan dalam 4 hari berada pada level berbahaya. Bukan hanya itu. Akibat pembakaran hutan, ekosistem dan segala jenis keragaman hayati yang ada di dalamnya sudah dapat dipastikan telah rusak.
Selain menurunkan kualitas udara di lapisan atmosfer terendah, pembakaran lahan juga berkontribusi pada peningkatan gejala efek rumah kaca akibat gas karbon yang terakumulasi di lapisan atmosfer teratas. Pada keadaan selanjutnya, suhu permukaan bumi kian meningkat dan kenaikan permukaan laut menjadi implikasi dari itu semua.
Pembakaran dalam usaha budidaya pertanian sebetulnya tidak hanya terjadi pada usaha pembukaan lahan. Kegiatan panen tebu juga sering kali dilakukan dengan melakukan pembakaran. Kendati memang efek yang ditimbulkan tidak seperti pada pembukaan lahan, pembakaran pada kegiatan panen tebu apabila dilakukan tanpa kontrol yang baik tentu berpotensi memperbesar efek yang ditimbulkan dari kerusakan lingkungan.
Pembakaran lahan memang selalu menjadi masalah klasik yang terjadi setiap tahunnya. Pada musim kemarau pasti ada saja lahan yang terbakar baik disengaja maupun tidak. Beruntunglah saat ini pemerintah sudah mulai sadar akan pentingnya fungsi pengawasan terhadap hutan sebagai pengendali ekosistem. Hanya saja peran pemerintah ini harus didukung oleh kita selaku masyarakat agar dapat menjaga kepentingan orang banyak dengan mengalahkan tujuan ekonomis individualis. Selain itu, fungsi reboisasi lahan juga harus segera dioptimalkan. Ini merupakan tanggung jawab kita bersama agar kelestarian di bumi tetap terjaga demi kelangsungan generasi masa kini dan generasi yang akan datang.
Demikianlah pemaparan mengenai pencemaran lingkungan yang terjadi dalam kegiatan budidaya pertanian dan solusinya. Selain untuk mengikuti lomba blog bertema “Blogger Peduli Lingkungan” yang diadakan atas kerjasama blogdetik dan WWF-Indonesia, tulisan ini penulis dedikasikan untuk mengingatkan saudara pembaca sekalian terutama bagi para petani, mengenai keadaan lingkungan kita khususnya di lingkungan pertanian. Dan sebagai pungkasan, penulis ingin mengajak kepada Anda sekalian, ayo lestarikan alam kita dan jadilah petani yang ramah lingkungan!
[Read more]
Pencemaran lingkungan akan terjadi apabila dalam interaksi antara manusia dan alam dihasilkan bahan pencemar (pollutan) yang menyebabkan pencemaran (polusi). Pencemaran lingkungan menimbulkan dampak negatif berupa ketidakseimbangan ekosistem. Dampak tersebut sejatinya tidak dapat dihindari, hanya saja melalui pendekatan-pendekatan yang berbasis ramah lingkungan, kerugian dari interaksi yang ditimbulkan dapat diminimalisasi.
Gambar 1. Padi atau Beras Dihasilkan dari Kegiatan Pertanian
Interaksi antara manusia dan alam salah satunya terjadi pada kegiatan pertanian. Pertanian merupakan sektor penting yang menyediakan berbagai jenis kebutuhan hidup manusia. Melalui pertanian, kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan dapat terpenuhi. Dalam konsep kekinian, pertanian menjadi satu bentuk interaksi antara manusia dan alam yang menimbulkan efek-efek pencemaran lingkungan. Sedikitnya ada 3 faktor utama pada kegiatan pertanian yang menyebabkan pencemaran lingkungan terjadi. Ketiganya adalah penggunaan pupuk anorganik, pestisida, dan pembukaan lahan.
Pencemaran Lingkungan oleh Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik adalah pupuk yang dihasilkan dari sintetis unsur-unsur anorganik oleh pabrik. Contoh pupuk ini ialah urea, ZA, SP-36, KCl, dan lain sebagainya. Pupuk anorganik sangat akrab di kalangan petani karena khasiatnya yang dapat langsung terlihat pada pertumbuhan dan produktivitas hasil tanaman. Di sisi lain, pupuk anorganik menjadi salah satu penyebab pencemaran lingkungan pertanian. Air dan tanah tercemari akibat kebiasaan petani yang menggunakan pupuk ini secara tidak efisien.
Gambar 2. Aplikasi Pupuk Anorganik
Pencemaran air terjadi misalnya pada penggunaan pupuk urea. In-efisiensi penggunaan pupuk urea sering kali menyebabkan pencucian (leaching) oleh air pertanian. Dalam kondisi berikutnya, limbah domestik unsur nitrogen dari urea yang tercuci menyebabkan nitrifikasi dan penyuburan lingkungan perairan. Dampaknya, pertumbuhan dan populasi eceng gondok dan gulma air lainnya menjadi membeludak seperti yang terjadi di Waduk Rawa Pening, Danau Kerinci, dan Bendungan Batu Tegi. Pertumbuhan gulma air dalam jumlah besar selain dapat mempersulit aksesibilitas transportasi air, dekomposisi biomassa gulma yang berjalan lebih banyak juga meningkatkan laju pendangkalan perairan.
Gambar 3. Membeludaknya Populasi Gulma Perairan akibat Nitrifikasi Urea
Pencemaran tanah oleh pupuk anorganik salah satunya disebabkan pupuk phosphat. Pupuk ini mengakibatkan sementasi atau pengerasan tanah jika jumlah pupuk yang diberikan terlalu berlebih. Pada kondisi selanjutnya, organisme tanah akan semakin menurun populasinya akibat ketidakmampuan adaptasi pada kondisi tanah yang terlalu keras. Selain menyebabkan kerusakan biologis pada tanah, sementasi juga bermuara pada pengolahan tanah yang harus dilakukan secara rutin.
Mengingat beberapa dampak yang ditimbulkan dari penggunaan pupuk anorganik, konsep pertanian ramah lingkungan melalui konversi pupuk anorganik ke jenis pupuk hayati dan pupuk organik sepatutnya segera diterapkan. Saat ini telah dikembangkan berbagai jenis bakteri, jamur, dan organisme tingkat rendah lainnya yang berkemampuan mencukupi kebutuhan hara tanaman seperti bakteri Rhizobium sp. yang mampu memfiksasi nitrogen dari udara dan jamur Mikoriza Veskular Arbuskulas (MVA) yang mampu menyediakan phosphat bagi tanaman melalui serangkaian proses biokimia. Ini merupakan suatu investasi menarik karena pupuk hayati mampu memberikan khasiat secara berkesinambungan pada kesuburan tanah. Pupuk hayati sangat ramah lingkungan dan justru dapat memperbaiki kondisi ekosistem tanah yang rusak karena pupuk anorganik.
Gambar 4. Salah Satu Contoh Jenis Pupuk Hayati
Pupuk organik juga tengah dipacu penggunaannya oleh pemerintah agar kebiasaan petani dalam menggunakan pupuk anorganik dapat menurun. Berbagai teknologi produksi pupuk organik juga telah disuluhkan oleh akademisi, praktisi, dan pemerintah agar program minimalisasi penggunaan pupuk anorganik dapat berjalan dengan baik. Kendati demikian kesadaran petani masih dirasa kurang. Informasi mengenai dampak negatif penggunaan pupuk anorganik bagi petani tidak diamalkan ke dalam bentuk peningkatan kebutuhan pupuk organik. Di sini diperlukan suatu terobosan yang sifatnya berbentuk penyuluhan psikologis agar petani secara sadar mau menggunakan pupuk organik.
Pencemaran Lingkungan oleh Pestisida
Pestisida secara umum dapat diartikan sebagai bahan beracun yang digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman, seperti gulma, hama, dan penyakit agar tanaman dapat tumbuh tanpa hambatan. Pestisida sesuai dengan organisme yang disasar, terbagi menjadi beberapa jenis seperti insektisida, fungisida, rodentisida, herbisida, moluskisida, dan lain-lain (lebih lengkap baca di sini!).
Gambar 5. Aplikasi Pestisida pada Tanaman Padi
Penggunaan pestisida telah akrab di kalangan petani karena efektivitasnya dalam pengendalian organisme pengganggu tanaman langsung dapat dirasa. Namun di sisi lain, penggunaan pestisida telah menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem pertanian (agroekosistem). Penggunaan pestisida akan menyisakan residu yang mencemari air, tanah, udara, serta meningkatkan kemungkinan pengendapan toksin pada organisme biotik. Selain membunuh organisme pengganggu tanaman, daya racun pestisida juga sering kali membunuh organisme lain yang justru menguntungkan bagi usaha budidaya pertanian. Pestisida juga menimbulkan resistensi dan resurgensi hama, serta mutasi penyusun ekosistem biotik.
Penggunaan pestisida yang sangat tidak ramah lingkungan secara sadar telah menurunkan kuantitas keragaman hayati dan merusak tatanan rantai makanan. Residu racun yang terikut pada hasil pertanian juga apabila dikonsumsi dapat meningkatkan resiko timbulnya berbagai jenis penyakit pada manusia. Kanker dan mutasi genetis dimungkinkan oleh akumulasi toksin di dalam tubuh seseorang yang kerap mengkonsumsi hasil-hasil pertanian yang tercemari racun pestisida.
Gambar 6. Ikan di Lingkungan Perairan Ikut Mati karena Pestisida
Masalah-masalah yang ditimbulkan dari penggunaan pestisida tersebut sebetulnya dapat diminimalkan dampaknya melalui penggunaan pestisida nabati yang saat ini menjadi perhatian serius peneliti-peneliti muda dalam negeri. Beberapa penelitian menunjukan hasil yang signifikan terhadap kemampuan berbagai jenis tumbuhan sebagai bahan pembuatan pestisida nabati dalam mengendalikan berbagai jenis organisme pengganggu tanaman. Hanya saja hal ini belum menjadi perhatian serius bagi pemerintah selaku pembuat kebijakan. Pemerintah di masa yang akan datang seharusnya lebih memahami hal ini. Ketergantungan terhadap pestisida anorganik harus segera ditinggalkan melalui pengenalan teknologi produksi pestisida nabati yang dapat dilakukan oleh petani secara mandiri. Selain ramah lingkungan, penggunaan pestisida nabati apabila didampingi dengan konsep pengendalian hama terpadu terbukti dapat meningkatkan keuntungan secara ekonomis.
Gambar 7. Sirih; Salah Satu Bahan Pembuatan Pestisida Nabati
Pencemaran Lingkungan oleh Pembukaan Lahan
Pencemaran lingkungan oleh tindakan pembukaan lahan terjadi akibat penggunaan metode yang berlandaskan pada tujuan ekonomis semata. Baru-baru ini tentu kita mengetahui bagaimana bencana kabut asap di Provinsi Riau yang sungguh mengkhawatirkan. Asap yang dihasilkan dari proses pembukaan lahan dengan cara pembakaran telah menyiksa masyarakat sekitar. Kualitas udara di provinsi ini bahkan dalam 4 hari berada pada level berbahaya. Bukan hanya itu. Akibat pembakaran hutan, ekosistem dan segala jenis keragaman hayati yang ada di dalamnya sudah dapat dipastikan telah rusak.
Selain menurunkan kualitas udara di lapisan atmosfer terendah, pembakaran lahan juga berkontribusi pada peningkatan gejala efek rumah kaca akibat gas karbon yang terakumulasi di lapisan atmosfer teratas. Pada keadaan selanjutnya, suhu permukaan bumi kian meningkat dan kenaikan permukaan laut menjadi implikasi dari itu semua.
Pembakaran dalam usaha budidaya pertanian sebetulnya tidak hanya terjadi pada usaha pembukaan lahan. Kegiatan panen tebu juga sering kali dilakukan dengan melakukan pembakaran. Kendati memang efek yang ditimbulkan tidak seperti pada pembukaan lahan, pembakaran pada kegiatan panen tebu apabila dilakukan tanpa kontrol yang baik tentu berpotensi memperbesar efek yang ditimbulkan dari kerusakan lingkungan.
Gambar 8. Pembakaran Lahan Tebu dalam Kegiatan Pra-panen
Pembakaran lahan memang selalu menjadi masalah klasik yang terjadi setiap tahunnya. Pada musim kemarau pasti ada saja lahan yang terbakar baik disengaja maupun tidak. Beruntunglah saat ini pemerintah sudah mulai sadar akan pentingnya fungsi pengawasan terhadap hutan sebagai pengendali ekosistem. Hanya saja peran pemerintah ini harus didukung oleh kita selaku masyarakat agar dapat menjaga kepentingan orang banyak dengan mengalahkan tujuan ekonomis individualis. Selain itu, fungsi reboisasi lahan juga harus segera dioptimalkan. Ini merupakan tanggung jawab kita bersama agar kelestarian di bumi tetap terjaga demi kelangsungan generasi masa kini dan generasi yang akan datang.
Demikianlah pemaparan mengenai pencemaran lingkungan yang terjadi dalam kegiatan budidaya pertanian dan solusinya. Selain untuk mengikuti lomba blog bertema “Blogger Peduli Lingkungan” yang diadakan atas kerjasama blogdetik dan WWF-Indonesia, tulisan ini penulis dedikasikan untuk mengingatkan saudara pembaca sekalian terutama bagi para petani, mengenai keadaan lingkungan kita khususnya di lingkungan pertanian. Dan sebagai pungkasan, penulis ingin mengajak kepada Anda sekalian, ayo lestarikan alam kita dan jadilah petani yang ramah lingkungan!
Gambar 9. Hari Esok yang Lebih Baik
Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi
Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi
Sebuah Catatan untuk Perjalanan Kita PPGT SMK Kolaboratif Polinela-UNJ
Kawan, malam ini 4 September 2013 pukul 1:26 WITA, sungguh begitu sulit bagiku untuk memejamkan mataku yang semenjak kemarin malam memang tampak terlihat sayu. Dari dalam bilik papan rumah pak lurah ini, aku begitu terkesan dengan suara koloni jangkrik di luar sana yang sedari tadi menderik pasca hujan deras yang mengguyur bumi Kembang Janggut, Kutai Kartanegara. Hujan deras yang mengguyur sejak bakda maghrib tadi ternyata selain telah dapat membangunkan koloni jangkrik itu untuk bersegera kawin, juga telah mampu membangkitkan rasa rinduku pada kalian semua. Kalian yang saat ini mungkin tengah tertidur dengan pulasnya akibat seharian tadi bergelut dengan aktivitas belajar mengajar bersama murid-murid kalian.
Rasa rinduku pada kalian dikesempatan malam ini, ku rasa tak seperti rindu yang seperti biasa. Rasa rinduku kali ini kemudian ku pikir menjadi akan sangat disayangkan jika hanya terlewatkan begitu saja, hingga aku putuskan untuk menuangkannya pada sebuah catatan sederhana ini. Catatan yang bisa jadi akan membuat kalian tersedu dan sendu.
Kawan, sadarkah kalian sudah berapa lama kita bersama? Ya, memang sungguh 2 tahun saja belum genap. Tapi bagiku, bukan masalah lama atau barunya pertemuan kita, melainkan adalah seberapa banyaknya kenangan yang terukir dalam kehidupan pikiranku pasca menjalani status sebagai salah satu peserta sebuah program Kementerian Pendidikan Nasional, Program yang berjuluk PPGT SMK Kolaboratif, bersama kalian.
Alloh Subhanahu wa taa’la, Tuhan kita yang sungguh memiliki kuasa atas segala kehendak, atas dasar kesengajaan-Nya telah mempertemukan kita dalam sebuah kenyataan. Kita yang berasal dari latar belakang dan masa lalu yang berbeda atas ijabah-Nya kemudian dipersatukan dalam program ini. Mungkin atau pasti ku kira sebelumnya kalian tak menduga bisa kenal dengan ku atau kemudian menjadi sahabat antara satu dan lainnya. Bang Irul yang mungkin saat itu tengah sibuk mempresentasikan produk-produk pestisidanya di hadapan para petani, Mas Adi yang kala itu masih bergelut dengan roti-roti yang dijajakannya, Mas Arief yang mungkin tengah mengisi baglocknya dengan serbuk gergaji di usaha jamurnya, Mas Tono yang tengah sibuk mencari-cari lubang kecil di ban motor pelanggannya, Mbak Apri yang masih dalam perjalanan menuju Universitas Muhamaddiyah Metro, Rizqi yang tengah mempresentasikan laporan bulannya, Yoki yang tengah kepanasan mengawasi mandor-mandor di perusahaan tebunya, Mas Dian yang tengah memberi pengarahan ke buruh tambak udangnya, wahh dan masih banyak lagi.
Kawan, di awal pertemuan kita hingga saat ini, jujur aku katakan, aku sangat begitu terkesan oleh bagaimana jiwa-jiwa kalian yang berbeda latar belakang kemudian diketuk hingga akhirnya kalian memasrahkan jiwa dalam dunia pendidikan. Ke-pragmatis-an yang mungkin sempat menyelinap di relung-relung sanubari kalian saat dulu bekerja, kemudian berputar setengah lingkaran menjadi sebuah idealisme tingkat tinggi di dunia pendidikan.
Kalian yang tak lain adalah 29 orang-orang pilihan yang terpanggil untuk ikut serta ambil bagian dalam harapan tercapainya tujuan pendidikan nasional.
[Read more]
Rasa rinduku pada kalian dikesempatan malam ini, ku rasa tak seperti rindu yang seperti biasa. Rasa rinduku kali ini kemudian ku pikir menjadi akan sangat disayangkan jika hanya terlewatkan begitu saja, hingga aku putuskan untuk menuangkannya pada sebuah catatan sederhana ini. Catatan yang bisa jadi akan membuat kalian tersedu dan sendu.
Kawan, sadarkah kalian sudah berapa lama kita bersama? Ya, memang sungguh 2 tahun saja belum genap. Tapi bagiku, bukan masalah lama atau barunya pertemuan kita, melainkan adalah seberapa banyaknya kenangan yang terukir dalam kehidupan pikiranku pasca menjalani status sebagai salah satu peserta sebuah program Kementerian Pendidikan Nasional, Program yang berjuluk PPGT SMK Kolaboratif, bersama kalian.
Alloh Subhanahu wa taa’la, Tuhan kita yang sungguh memiliki kuasa atas segala kehendak, atas dasar kesengajaan-Nya telah mempertemukan kita dalam sebuah kenyataan. Kita yang berasal dari latar belakang dan masa lalu yang berbeda atas ijabah-Nya kemudian dipersatukan dalam program ini. Mungkin atau pasti ku kira sebelumnya kalian tak menduga bisa kenal dengan ku atau kemudian menjadi sahabat antara satu dan lainnya. Bang Irul yang mungkin saat itu tengah sibuk mempresentasikan produk-produk pestisidanya di hadapan para petani, Mas Adi yang kala itu masih bergelut dengan roti-roti yang dijajakannya, Mas Arief yang mungkin tengah mengisi baglocknya dengan serbuk gergaji di usaha jamurnya, Mas Tono yang tengah sibuk mencari-cari lubang kecil di ban motor pelanggannya, Mbak Apri yang masih dalam perjalanan menuju Universitas Muhamaddiyah Metro, Rizqi yang tengah mempresentasikan laporan bulannya, Yoki yang tengah kepanasan mengawasi mandor-mandor di perusahaan tebunya, Mas Dian yang tengah memberi pengarahan ke buruh tambak udangnya, wahh dan masih banyak lagi.
Kawan, di awal pertemuan kita hingga saat ini, jujur aku katakan, aku sangat begitu terkesan oleh bagaimana jiwa-jiwa kalian yang berbeda latar belakang kemudian diketuk hingga akhirnya kalian memasrahkan jiwa dalam dunia pendidikan. Ke-pragmatis-an yang mungkin sempat menyelinap di relung-relung sanubari kalian saat dulu bekerja, kemudian berputar setengah lingkaran menjadi sebuah idealisme tingkat tinggi di dunia pendidikan.
Kalian yang tak lain adalah 29 orang-orang pilihan yang terpanggil untuk ikut serta ambil bagian dalam harapan tercapainya tujuan pendidikan nasional.
Tanya Jawab mengenai Program Pengenalan Lapang di SMK Pertanian 3T
Kesempatan kali ini saya akan mengkisahkan petualangan selama mencari sebongkah berlian pengalaman di pulau terbesar ke-3 di dunia, Kalimantan. Mungkin ini akan terlalu singkat untuk menuliskan cerita yang begitu banyak dan panjang selama 3 bulan berada di sana. Oleh karenanya, di tulisan ini saya hanya akan mengkisahkan poin-poinnya saja.
Saya akan membuat cerita ini seperti tanya jawab agar lebih mudah dipahami dan tidak bertele-tele. Karena terus terang saya bukan seorang yang pandai berbasa-basi. Oh iya, maaf sebelumnya. Saya sedang tak ingin menggunakan bahasa baku atau formal ya. Jadi harap dimaklumi jika terkesan slenge’an. Hehe. Berikut, silakan disimak!
Tanya Mengapa Anda ke Kalimantan?
Jawab Saya jauh-jauh ke sana karena ada tugas negara (WOW!! Songong banget!). Ya tugas negara. Karena memang demikian sebetulnya. Tugas tersebut saya peroleh dari program beasiswa yang saya ikuti. Saat itu saya sedang melaksanakan Profesi Pendidikan Guru (PPG) di Universitas Negeri Jakarta dan ditugaskan untuk melaksanakan Program Pengenalan Lapang (PPL) mengajar di SMK Pertanian yang lokasinya ada di daerah dengan kategori 3T (Terdepan, Terpencil, danTerluar). Dan kebetulan di Pulau Kalimantan ini masih banyak SMK pertanian yang demikian.
Tanya Bagaimana kesan Anda saat pertama kali menginjakan kaki di pulau yang memiliki nama lain Borneo ini?
Jawab Jujur itu adalah perjalanan terjauh pertama saya (yang notabene orang rumahan) ke sana. Dan kesan pertama yang saya dapati adalah ternyata Kalimantan itu tak terlalu jauh ya dari Jakarta. Hanya dengan 2 jam menumpangi pesawat terbang saya sudah sampai di Bandara Sepinggan, Balikpapan, Kalimantan Timur (deket karena naik pesawat, coba naik odong-odong, bisa 4 tahun baru sampai, xixixi).
Selain itu, pertama kali sampai saya merasa suhu udara di sana lebih tinggi dibanding dengan Jakarta atau Lampung. Logika awam saya berkata mungkin ini karena saat itu saya berada tepat atau tak jauh dari garis katulistiwa (karepmu lek!).
Tanya Bagaimana perjalanan Anda dari Balikpapan sampai di SMK Pertanian yang terletak di daerah 3T?
Jawab Wah, dari perjalanan Balikpapan ke SMK Pertanian yang terletak di daerah 3T itulah saya menyadari, membuktikan, dan meyakini dengan yakin yang sebenar-benarnya (haqqulyaqin) bahwa Indonesia ini adalah memang benar-benar negara gemah ripah loh jinawi persis sama dengan yang diceritakan oleh KoesPloes dalam lagunya yang berjudul Kolam Susu. Apa pasal? Jadi begini, dari Balikpapan ke SMK tersebut saya menyaksikan berbagai hal yang belum pernah saya temui sebelumnya seperti hamparan hutan yang luas, kebun kelapa sawit yang berjuta-juta hektare, sungai-sungai yang besar dengan berbagai biota yang ada di dalamnya, dan banyak hal lain. Wah pokoknya saya menjadi teramat kagum dengan kekayaan negeri ini. Serius!!
Untuk rincian perjalanannya sebagai berikut:
Perjalanan dari Balikpapan ke sekolah tempat saya PPL membutuhkan waktu 15 jam dengan rincian Balikpapan-Kotabangun 8 jam mengendarai mobil, Kotabangun ke Kahala 3 jam menumpangi perahu kecil, Kahala- Desa Perdana, Kembang Janggut sekitar 3 jam menumpangi mobil.
Tanya Oh iya, Anda PPL di Kalimantan sebelah mana ya?
Jawab Saya PPL di SMK Negeri 1 Kota Bangun filial Kembang Janggut. Sekolah ini terletak di Desa Perdana, Kecamatan Kembang Janggut, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur.
Tanya Bagaimana kesan pertama sampai di tempat yang tergolong 3T?
Jawab Biasa saja. Ya mungkin karena keadaannya tak jauh beda dengan keadaan tempat tinggal saya di Lampung. Tak ada listrik, tak ada akses internet, jauh dari pasar, kampung yang sepi, jalan tanah yang penuh debu, dan sinyal HP yang tidak ada, bagi saya bukan merupakan hambatan untuk mengabdi dan ikut serta dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa (gayamu Lek!)
Tanya Bagaimana kondisi sosial-kemasyarakatan dan penerimaan masyarakat pada kehadiran Anda?
Jawab Terus terang saya disana diterima dengan baik oleh Bapak Kepala Desa Perdana yakni Bapak Kasmani. Beliau sangat luar biasa bagi saya dan saya sangat berterimakasih kepadanya atas segala kebaikan yang diberikan olehnya selama saya berada di sana.
Masyarakat disana pun menerima kami dengan baik. Masyarakat yang mayoritas bersuku Kutai dan sebagian kecil Dayak sangat terbuka pada kami. Sebelum ke Kalimantan kami beranggapan bahwa orang-orang di sana adalah orang-orang keras dan jahat. Tapi setelah menjalani hari-hari bersama mereka, saya menyadari bahwa anggapan tersebut adalah salah. Justru saya belajar banyak hal dari mereka. Saya belajar tentang arti keikhlasan, ketulusan, kesetiaan, dan cinta dari mereka. Pelajaran yang mungkin akan sangat jarang bisa didapatkan di kota-kota besar seperti Jakarta. Ini serius! (Los temen!)
Tanya Bagaimana kesan pertama Anda tiba di sekolah tempat PPL?
Jawab Ini yang membuat saya miris. Di sebuah kabupaten terkaya di Indonesia ternyata masih ada sekolah dengan fasilitas yang saya golongkan ke dalam kategori memperihatinkan. Bagaimana tidak jangankan untuk sarana dan prasarana pembelajaran, untuk bangunan saja SMK tersebut masih menumpang. Tidak jarang anak-anak SMK disana harus duduk tanpa bangku dan meja.
Tanya Bagaimana kegiatan belajar mengajar di kelas?
Jawab Well, semuanya lancar aman terkendali. Saya mengajar dengan nyaman, dan nampaknya begitupun dengan anak-anak didik saya.
Tanya Sejauh mana kegunaan ilmu pedagogik yang didapatkan selama workshop di LPTK Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta.
Jawab Wah tentu berguna sekali, banyak malah. Saya menerapkan berbagai metode pembelajaran yang nampaknya membuat anak-anak di sana lebih termotivasi ketika belajar.
Tanya Bagaimana penerimaan kepala sekolah, guru, siswa, dan warga sekolah lainnya terhadap kehadiran Anda
Jawab Semuanya tidak ada masalah. Kami selalu bekerja sama menciptakan suasana yang mendukung untuk kegiatan pembelajaran di sekolah.
Tanya Apakah betah tinggal di sana?
Jawab Hehehe, untuk 3 bulan saja sih bisa dikatakan betah.
Tanya Jika diwajibkan untuk melanjutkan pengabdian di sana, apakah Anda bersedia?
Jawab Jika memang itu yang terbaik, apapun akan saya lakukan demi bangsa ini (preet!).
Jadi begitulah cerita tentang pengalaman yang saya peroleh selama menjalani PPL di Pulau Kalimantan. Jika ada yang ingin ditanyakan mengenai cerita ini, silakan di tanyakan melalui kontak saya pojok kanan atas blog ini.
Saya mohon maaf jika penyampaian cerita ini tak begitu menarik dan berkesan bagi Anda, karena sejujurnya saya bukanlah seorang yang pandai mengungkapkan isi pikiran saya ke dalam untaian kata. Sekian dari saya.
[Read more]
Saya akan membuat cerita ini seperti tanya jawab agar lebih mudah dipahami dan tidak bertele-tele. Karena terus terang saya bukan seorang yang pandai berbasa-basi. Oh iya, maaf sebelumnya. Saya sedang tak ingin menggunakan bahasa baku atau formal ya. Jadi harap dimaklumi jika terkesan slenge’an. Hehe. Berikut, silakan disimak!
Tanya Mengapa Anda ke Kalimantan?
Jawab Saya jauh-jauh ke sana karena ada tugas negara (WOW!! Songong banget!). Ya tugas negara. Karena memang demikian sebetulnya. Tugas tersebut saya peroleh dari program beasiswa yang saya ikuti. Saat itu saya sedang melaksanakan Profesi Pendidikan Guru (PPG) di Universitas Negeri Jakarta dan ditugaskan untuk melaksanakan Program Pengenalan Lapang (PPL) mengajar di SMK Pertanian yang lokasinya ada di daerah dengan kategori 3T (Terdepan, Terpencil, danTerluar). Dan kebetulan di Pulau Kalimantan ini masih banyak SMK pertanian yang demikian.
Tanya Bagaimana kesan Anda saat pertama kali menginjakan kaki di pulau yang memiliki nama lain Borneo ini?
Jawab Jujur itu adalah perjalanan terjauh pertama saya (yang notabene orang rumahan) ke sana. Dan kesan pertama yang saya dapati adalah ternyata Kalimantan itu tak terlalu jauh ya dari Jakarta. Hanya dengan 2 jam menumpangi pesawat terbang saya sudah sampai di Bandara Sepinggan, Balikpapan, Kalimantan Timur (deket karena naik pesawat, coba naik odong-odong, bisa 4 tahun baru sampai, xixixi).
Selain itu, pertama kali sampai saya merasa suhu udara di sana lebih tinggi dibanding dengan Jakarta atau Lampung. Logika awam saya berkata mungkin ini karena saat itu saya berada tepat atau tak jauh dari garis katulistiwa (karepmu lek!).
Tanya Bagaimana perjalanan Anda dari Balikpapan sampai di SMK Pertanian yang terletak di daerah 3T?
Jawab Wah, dari perjalanan Balikpapan ke SMK Pertanian yang terletak di daerah 3T itulah saya menyadari, membuktikan, dan meyakini dengan yakin yang sebenar-benarnya (haqqulyaqin) bahwa Indonesia ini adalah memang benar-benar negara gemah ripah loh jinawi persis sama dengan yang diceritakan oleh KoesPloes dalam lagunya yang berjudul Kolam Susu. Apa pasal? Jadi begini, dari Balikpapan ke SMK tersebut saya menyaksikan berbagai hal yang belum pernah saya temui sebelumnya seperti hamparan hutan yang luas, kebun kelapa sawit yang berjuta-juta hektare, sungai-sungai yang besar dengan berbagai biota yang ada di dalamnya, dan banyak hal lain. Wah pokoknya saya menjadi teramat kagum dengan kekayaan negeri ini. Serius!!
Untuk rincian perjalanannya sebagai berikut:
Perjalanan dari Balikpapan ke sekolah tempat saya PPL membutuhkan waktu 15 jam dengan rincian Balikpapan-Kotabangun 8 jam mengendarai mobil, Kotabangun ke Kahala 3 jam menumpangi perahu kecil, Kahala- Desa Perdana, Kembang Janggut sekitar 3 jam menumpangi mobil.
Tanya Oh iya, Anda PPL di Kalimantan sebelah mana ya?
Jawab Saya PPL di SMK Negeri 1 Kota Bangun filial Kembang Janggut. Sekolah ini terletak di Desa Perdana, Kecamatan Kembang Janggut, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur.
Tanya Bagaimana kesan pertama sampai di tempat yang tergolong 3T?
Jawab Biasa saja. Ya mungkin karena keadaannya tak jauh beda dengan keadaan tempat tinggal saya di Lampung. Tak ada listrik, tak ada akses internet, jauh dari pasar, kampung yang sepi, jalan tanah yang penuh debu, dan sinyal HP yang tidak ada, bagi saya bukan merupakan hambatan untuk mengabdi dan ikut serta dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa (gayamu Lek!)
Tanya Bagaimana kondisi sosial-kemasyarakatan dan penerimaan masyarakat pada kehadiran Anda?
Jawab Terus terang saya disana diterima dengan baik oleh Bapak Kepala Desa Perdana yakni Bapak Kasmani. Beliau sangat luar biasa bagi saya dan saya sangat berterimakasih kepadanya atas segala kebaikan yang diberikan olehnya selama saya berada di sana.
Masyarakat disana pun menerima kami dengan baik. Masyarakat yang mayoritas bersuku Kutai dan sebagian kecil Dayak sangat terbuka pada kami. Sebelum ke Kalimantan kami beranggapan bahwa orang-orang di sana adalah orang-orang keras dan jahat. Tapi setelah menjalani hari-hari bersama mereka, saya menyadari bahwa anggapan tersebut adalah salah. Justru saya belajar banyak hal dari mereka. Saya belajar tentang arti keikhlasan, ketulusan, kesetiaan, dan cinta dari mereka. Pelajaran yang mungkin akan sangat jarang bisa didapatkan di kota-kota besar seperti Jakarta. Ini serius! (Los temen!)
Tanya Bagaimana kesan pertama Anda tiba di sekolah tempat PPL?
Jawab Ini yang membuat saya miris. Di sebuah kabupaten terkaya di Indonesia ternyata masih ada sekolah dengan fasilitas yang saya golongkan ke dalam kategori memperihatinkan. Bagaimana tidak jangankan untuk sarana dan prasarana pembelajaran, untuk bangunan saja SMK tersebut masih menumpang. Tidak jarang anak-anak SMK disana harus duduk tanpa bangku dan meja.
Tanya Bagaimana kegiatan belajar mengajar di kelas?
Jawab Well, semuanya lancar aman terkendali. Saya mengajar dengan nyaman, dan nampaknya begitupun dengan anak-anak didik saya.
Tanya Sejauh mana kegunaan ilmu pedagogik yang didapatkan selama workshop di LPTK Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta.
Jawab Wah tentu berguna sekali, banyak malah. Saya menerapkan berbagai metode pembelajaran yang nampaknya membuat anak-anak di sana lebih termotivasi ketika belajar.
Tanya Bagaimana penerimaan kepala sekolah, guru, siswa, dan warga sekolah lainnya terhadap kehadiran Anda
Jawab Semuanya tidak ada masalah. Kami selalu bekerja sama menciptakan suasana yang mendukung untuk kegiatan pembelajaran di sekolah.
Tanya Apakah betah tinggal di sana?
Jawab Hehehe, untuk 3 bulan saja sih bisa dikatakan betah.
Tanya Jika diwajibkan untuk melanjutkan pengabdian di sana, apakah Anda bersedia?
Jawab Jika memang itu yang terbaik, apapun akan saya lakukan demi bangsa ini (preet!).
Jadi begitulah cerita tentang pengalaman yang saya peroleh selama menjalani PPL di Pulau Kalimantan. Jika ada yang ingin ditanyakan mengenai cerita ini, silakan di tanyakan melalui kontak saya pojok kanan atas blog ini.
Saya mohon maaf jika penyampaian cerita ini tak begitu menarik dan berkesan bagi Anda, karena sejujurnya saya bukanlah seorang yang pandai mengungkapkan isi pikiran saya ke dalam untaian kata. Sekian dari saya.
Pring Pethuk
By Unknown
Posted On
8/03/2013
//
Pring pethuk menurut kepercayaan masyarakat Jawa merupakan pring yang dapat digunakan sebagai jimat. Pring ini adalah pring atau bambu yang memiliki penampilan fisik dan morfologik yang tidak sewajarnya dengan pring-pring lain. Dikatakan demikian karena pring ini memiliki tunas cabang yang saling bersilangan dan bertemu (untuk lebih jelasnya silakan lihat gambar).
Wisuda Doi
By Unknown
Posted On
8/02/2013
//
24 Juni 2013 adalah tanggal yang mungkin termasuk yang sangat bersejarah bagi doi gw (caile). Sebut
saja namanya bunga Intan Rahayu Ningtyas. Pada tanggal tersebut ia diwisuda dari Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan akhirnya resmi menyandang gelar sarjana pertanian (Jadi, sekarang nama si doi ada buntutnya, SP gitu deh). Yah, gw sebagai woconya sih ikut seneng, 4,5 tahun yang dihabiskannya di bangku kuliah akhirnya menghasilkan sebuah pengakuan juga. Tapi dibalik itu semua gw berharap banget, dengan pengakuan itu, doi bisa menerapkan apa yang diperolehnya ke dalam kehidupannya sehingga dapat bermanfaat dengan tetap menjaga idealisme-nya sebagai seorang sarjana. Ohohoh.
Nulis Lagi Lah!
Oke, pulang dari teraweh enaknya mulai nulis lagi nih di blog domain berbayar gw yang sepulang dari Garut nggak pernah lagi gw urusin. Bukan karena sok sibuk sih gw nggak ngurusin nih blog, tapi memang yah sibuk. Sibuk ya sibuk. Ngotot banget sih! Gw sibuk sampek nggak sempet posting menyapa pada penggemar gw lewat blog karena hari-hari gw semenjak pulang dari Garut, gw sibuk ngurusin blog baru gw yang berdomain detiktani.blogspot.com. Blog tersebut berisi tentang beberapa informasi pertanian khusus gw dedikasikan buat calon murid-murid gw di SMK Pertanian dimanapun itu berada. Hehe.
Be a Professional Teacher Part 1
Tak terasa 2 bulan berlalu sudah, sejak pertama kali ku injakan kakiku ke bumi Garut. Banyak pelajaran berharga yang ku peroleh disini, pelajaran yang ku rasa tak ku dapatkan ketika duduk di bangku perkuliahan. Sedih, senang, suka, dan sedikit kecewa aku rasakan ketika belajar bagaimana caranya untuk menjadi seorang guru profesional, di sebuah SMK negeri di Kabupatennya Aceng Fikri ini. Sedih saat merasa sendiri, senang saat melihat senyum dan canda anak-anak didikku, suka saat saat bersenda gurau bersama teman-teman seprofesi, dan kecewa saat . . . (stop tak usah dibahas).
Bilangan Tak Hingga
Saudara-saudaraku yang budiman, pernahkah Anda membagi sebuah bilangan dengan angka nol di kalkulator? Jika pernah berapakah hasilnya? Saya yakin pasti hasilnya E to? Anda tahu apa artinya E itu? Saya juga nggak tahu, makanya saya nanya. Haha. Tapi menurut pemikiran awam saya, E itu mungkin artinya Error, lantaran keterbatasan (sebut saja) otak si kalkulator tersebut yang tidak bisa memberi jawaban pasti perihal hasil pembagian tersebut.