Pring pethuk menurut kepercayaan masyarakat Jawa merupakan pring yang dapat digunakan sebagai jimat. Pring ini adalah pring atau bambu yang memiliki penampilan fisik dan morfologik yang tidak sewajarnya dengan pring-pring lain. Dikatakan demikian karena pring ini memiliki tunas cabang yang saling bersilangan dan bertemu (untuk lebih jelasnya silakan lihat gambar).
Pring ini sangat sulit ditemukan karena hanya orang-orang yang dapat pulung (wahyu) saja yang bisa menemukan dan memilikinya. Pring ini biasanya tidak diperjualbelikan karena selain harganya yang sangat mahal (entah karena keunikannya atau karena fungsinya sebagai jimat), pring ini juga jarang sekali ada yang memiliki. Menurut pakde saya yang seorang supranaturalis (atau bahasa kasarnya “dukun”) harga satu buah pring pethuk bisa mencapai hingga 500 juta rupiah. Harga tersebut dibilang cukup pantas untuk memperoleh khasiat dari pemilikan pring yang satu ini. Dengan pring ini, dipercaya bahwa siempunya akan mengalami kemudahan dalam setiap perjalanan hidupnya, baik dari segi rizki, jodoh, kesehatan, dan sosial. Cukup menggiurkan memang.
Kendati demikian langkanya, Alhamdulillah saya yang seorang hina ini diberi kesempatan untuk memiliki satu buah pring pethuk yang beberapa bulan lalu saya temukan ketika bersemedi mencari kayu bakar di kebun belakang rumah. Tapi saya menyadari, bahwa mempercayai pring unik ini sebagai jimat merupakan sebuah kemusyrikan yang nyata. Saya tahu itu. Oleh karena itulah saya memilikinya dan menyimpannya hanya untuk sebagai barang koleksi yang langka dan unique.