Saudara-saudara sebangsa dan setanah air, apakah sampean-sampean pernah makan makanan yang namanya talas godog (mbote’, enti’)? Jika pernah, bagaimana rasanya? Enak bukan? Kalau enak berarti Anda punya bakat jadi orang susah. Wahaha. Kalau saya sih jujur sangat suka dengan penganan satu ini, karena selain mengenyangkan, citarasa khasnya itu memang pas di lidah saya (apa saya juga punya bakat jadi orang susah ya?). Kendatipun begitu, saya acap kali merasa tidak nyaman jika mengkonsumsi talas godog terlalu banyak. Ketidaknyamanan itu timbul dari perut saya yang sering merasa kembung dan seperti penuh dengan angin.
Tampilkan postingan dengan label Kesehatan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kesehatan. Tampilkan semua postingan
Bakso Domba; Kuliner Ajegile Khas Garut
Selamat pagi, siang, sore, malam (tergantung bacanya kapan) Mas Mbak Bro yang baik hatinya. Di kesempatan kali ini, saya mau memperkenalkan sebuah kuliner yang berasal dari pesisir selatan bumi parahyangan, Jawa Barat. Kuliner yang mungkin belum begitu terkenal khas dari Kabupaten Garut. Hayoo, coba tebak apa? Tolong di bantu ya, simsalabim jadi apa prok-prok-prok (Pak Tarno Mode). Dan kuliner yang mau saya bahas disini adalah taraa ... Bakso Domba Garut. Hehe. Gimana? Pernah denger nggak? Atau sudah pernah nyicip? Penasaran ya? Kalo gitu ayo ikut saya.
Aku Si OGB
Perkenalkan. Namaku OGB. Nama OGB sebetulnya aku peroleh dari menyingkat nama panjangku yaitu Obat Generik Berlogo. Aku adalah obat murah berkualitas yang disediakan oleh pemerintah untuk kalian konsumsi jika kalian sakit. Kalian bisa menemukanku di apotek, toko obat, puskesmas, atau di rumah sakit. Kalian tak akan keliru dalam mengenaliku, karena kemasanku selalu dilengkapi dengan logo khususku yaitu logo generik yang berupa lingkaran hijau bergaris putih dengan tulisan generik ditengahnya, Logonya persis sama dengan logo yang dilingkari garis kuning pada gambar strip obat di bawah ini.
GENERIK OH GENERIK
“Ora lah! Ndaftare tok seng umum ae, soale nak seko Askes, obat seng diwenei biasane obat elek (Obat Generik .red), mengko aku ra mari-mari eneh.”
-----------------------------------------------------------
“Enggaklah. Daftar lewat yang umum saja, soalnya kalau lewat Askes, obat yang dikasih biasanya obat jelek (Obat Generik .red), nanti aku nggak sembuh-sembuh lagi.”
Begitulah kurang lebih jawaban Mbokde (bibi .red) -ku yang kala itu akan melakukan registrasi di sebuah rumah sakit. Sakit yang dideritanya sejak dua minggu lalu itu memang tak kunjung reda meski sudah beberapa strip tablet obat warung dihabiskannya. Dari itulah, ia kemudian memutuskan untuk memeriksakan penyakitnya itu di sebuah rumah sakit yang letaknya tak jauh dari rumahku. Sebagai keponakan yang baik, aku pun kemudian mengantarnya berobat di rumah sakit tersebut.
Budaya Minum Minuman Keras di Kampungku
Minuman keras. Hahaha. Aku kadang tertawa sendiri kalau mendengar kata ini. Tertawa, bukan karena aku lagi mabuk-mabukan ya. Aku tertawa karena ingat kisah masa kecilku bersama botol minuman ini. Yah, dulu saat usiaku kira-kira masih 7 tahunan, aku dan teman-teman sebayaku di kampung sering mengumpulkan botol-botol minuman keras untuk kami tukarkan dengan mainan kesukaan kami ke tukang jualan mainan keliling. Seusia itu aku masih belum mengerti betul apa itu minuman keras. Awalnya, aku pikir minuman keras adalah minuman yang keras-keras seperti es balon yang biasa aku beli dari warung tetanggaku yang sudah punya kulkas.
Pakan Alternatif Guru di Daerah Terpencil
Menjadi guru di daerah terpencil, kamu harus bisa survive!
Itulah sebuah pesan yang pernah diutarakan oleh seorang dosen kami*. Pesan yang pernah diutarakan beliau ketika memotivasi kami yang rencananya akan ditempatkan di daerah 3T (Terpencil, Tertinggal, Terisolir, ...dll pokoknya semua Ter- yang bikin ngenes). Pesan yang selalu kami ingat. Pesan itu juga yang mendasari kami melakukah hal yang belum pernah kami kerjakan sebelumnya, seperti sekarang ini.
Nasi Lalat Jakarte
Hidup di Jakarta selama 4 bulan lamanya membuat saya sadar bahwa kualitas hidup di kota besar memang sungguh memprihatinkan. Rumah-rumah yang padat, tikus got dimana-mana (ukurannya Subhanalloh banget), sampah dan lalat beterbangan kian kemari, ndak ada ruang terbuka hijau yang memadai, kendaraan dan macet dimana-mana, jalanan yang sempit, waah dan masih banyak lagi. Pokoknya keadaan lingkungan disana membuat kita merasa sumpek dan susah nafas. Blas ndak enak dan jauh lebih nikmat hidup di kampung.