“Lho..lho..lho. Ini kok kayaknya pernah saya alami ya? Tapi kapan?”.
Saya yakin banyak diantara kalian yang pernah atau justru sering berujar seperti kalimat diatas. Hehehe. Iya, ini namanya dejavu. Sebuah sindrom yang sering dialami manusia. Sindrom ini menyebabkan seseorang merasa pernah melakukan hal yang persis sama dengan hal yang tengah dia kerjakan. Secara ilmiah, para ahli dibidang dejavu mengatakan hal-hal yang berkaitan dengan dejavu ini sangat erat kaitanyan dengan keadaan psikologis si yang mengalami. Tapi bagi saya itu cuma omong kosong. Haha.
Saya malah justru berkeyakinan (meski tanpa dasar syariat) bahwa dejavu adalah gejala yang timbul dari sisa-sisa ingatan kita waktu masih di alam roh (waktu kita masih belum lahir ke dunia ini). Jadi mungkin Tuhan Yang Maha Menciptakan dulu telah memberikan gambaran tentang kehidupan kita di alam dunia sebelum kita dilahirkan. Misalnya, “Teguh, kamu ini nanti bakal ada disuatu saat ketika kamu tengah duduk diatas batu sambil memandangi pegunungan yang belum pernah kamu liat sebelumnya” dan seketika itu (juga masih di alam roh) kita diperlihatkan dengan alam pemandangan seperti yang dikatakan Tuhan. Kemudian setelah kita lahir dan tumbuh dewasa kita benar-benar mengalami hal tersebut dan merasa pernah duduk diatas batu sambil memandangi alam pegunungan persis sama yang pernah dikatakan Tuhan dulu. Tapi mungkin akan timbul pertanyaan mengapa kita mengalami dejavu hanya sesekali saja dan tidak sering? Saya berpikir kemungkinan karna ingatan kita yang rendah, untuk mengingat apa yang dikatakan Tuhan, jadi kita juga hanya merasakan dejavu pada saat ingatan-ingatan yang benar-benar masih ada. Kalo sering, itu namanya bukan dejavu, tapi dejavuer. Hehe. Kalo sering saya mengaitkannya dengan bakat bawaan lahir bagi anak-anak atau orang-orang yang punya indra ke enam atau Indigo. Orang-orang yang indigo akan lebih sering mengalami dejavu, bahkan dapat mengendalikan dejavu sehingga ia bisa terlihat lebih super dibandingkan dengan yang lainnya. Tapi sekali lagi, itu cuma sekedar buah pemikiran saya, dan juga ndak ada dasar syariatnya, mau setuju monggo, ndak yo ndak papa.
0 komentar:
Posting Komentar